Aug 12 2008 Tuesday, 8:00 pm
Black jubah…
Alfatihah to our fren’s mom, pulang ke rahmatullah pagi tadi…
luckily i m quite familiar wt TTDI’s area
pergi dan balik wt the gang, Seman drove my sparkle grey, SG as co pilot
Ms Tall happy after talking over the phone
masih ingat lagi saya sentiasa menyediakan jubah di opis? i brought down my jubah n selendang itam to attend this funeral, malangnya jubah ku itu jenis pesen2 yang belah tengah la pulak. kena sesuai pakai wt pants or even baju kurung di dalamnya. haiyakkk!!! bila dah dalam kereta baru perasan.
so nak tak nak, saya dan rakan2 yang tidak menutup aurat hanya duduk di luar masjid dan bertemu kawan apabila dia keluar to meet us.
saya tahulah awak nak cakap ha tu lah bila orang ninggal, ngan skirt2 pergi masjid. i m not defending myself, saya tau lah tu sume, tp look at the bright side:
1. i prepared the jubah and selendang di opis (i even have tudung in my car, niat ku dah kusediakan awal2)
2. i brought my jubah to the car, asked Seman to drive sebab nanti senang je aku nak menyarung jubah tu bila dah nak kat sampai
3. n mana pulak aku perasan jubah tu jenis ada belahan yang dalamnya patut dipakai baju kurung or seluar wt kurung di dalamnya đ
To respect my god’s hse, i didnt go in with my office outfit, sat aside wt my other colleagues yang berkurang sama nasib ngan ai. ramai memahami tp saya tau mesti ada yang nak mengdas. tq lah for dassing!
Terus pulang kuminta Fifin carikkan jubah ku yang lain, i know i have 3,4 pasang jubah lagi…katanya mak abah tetiap taun pergi umrah kan, maunya takde collection.
My bad lah x check the jubah yang belahan tu dari awal2….
-bee-
Aug 12, 2008 @ 20:48:09
Saya faham perasaan kak red..saya pun penah mengalaminye…
-bee-‘s last blog post..We did it…
neo@sufean
Aug 12, 2008 @ 21:35:02
al-fatehah juga utk emak kwn kak red’s itieww..yg penting kak red tetap dtg menziarahi kawan itiewww kannn….that’s most important…
lilred
Aug 12, 2008 @ 22:37:10
takziah untuk keluarga yg kehilangan….
things happen la kak!!!
e’eh….aku cam tahu je nick yg first tu …. hmmmm i wonder…
Latifah
Aug 13, 2008 @ 08:41:44
Innalilah wa inna hirojiun. Salam takziah kpd keluarga rakan setugas.
Red yg ada belah didepan tu digelar abaya. Ianya slalu digunakan mcm trench coat dinegeri Timur Tgh. Normally kaum hawa disana memakai pakaian glamour dari rumah dan menggunakan abaya sebagai menutup aurat supaya tidak mempamirkan kain lip lap atau bentuk badan dari baju yg ketat dan sebagainya.
Akak ada beberapa pasang dirumah, digunakan bila ada tamu dtg, maklum ler akak normally dirumah pakai baju “kelawar” atau baju tidur jenis kain licin, so klu ada tamu akak sarungkan jer abaya over, then tutup kepala ngan serkup net atau tudung abaya (ada abaya comes with tudung sedondon). Ianya pun sesuai klu akak nak pegi kedai dekat, so takyah ler nak kena tukar baju sumer, capai abaya n sarung jer.
Hana
Aug 13, 2008 @ 09:40:53
salam takziah. let’s the people talk, talk and talk. susah nak puaskan hati sumer orang. kewl ya…
Hana’s last blog post..Adrel Thaqif…Once Upon A Time…
KK
Aug 13, 2008 @ 09:41:24
susahkan bila ada org yg sentiasa dengki.. sampai kakred pon kena defend diri siap2 sbb rasa2nya nak kena dassss.. this is ur blog kakred.. pegi mampos sama diaorg.. janji akak tahu ok ini tak betul n uve done d right thing.. đ
takziah kpd keluarga yg kehilangan..
Zana
Aug 13, 2008 @ 11:29:27
niat nak menziarah pun dah dpt pahala kak… tak perlu terangkan pun takpe coz perkara kematian kan berlaku tetiba. hy kerana lalat2 itu, segala kena terang bagai.. huhu.. haru gak gitu ek kak red? đ
vagg
Aug 13, 2008 @ 14:42:24
xpe kak.. yang penting DIA tahu
Nasri
Dec 23, 2008 @ 10:31:15
Rambut Perempuan Tidak Semestinya Aurat.
Menurut pandangan Islam konvensional pada umumnya, rambut perempuan merupakan anggota tubuh yang tidak boleh diperlihatkan di depan umum. Perdebatan pada umumnya mengacu ke surat An Nuur (24) ayat 31 dan Hadis Nabi. Dua teks itu membawa kesimpulan yang umumnya dianut iaitu perempuan dewasa wajib bertudung (khimar) menutupi rambutnya di depan umum.
Pertanyaannya adalah, bagaimana bila kedua teks itu tidak dimaksudkan demikian? Tegasnya, bagaimana bila rambut perempuan itu boleh diperlihatkan di depan umum?
Surat An-Nuur 31
Ayat 24:31 ini menyebutkan bahwa perempuan haruslah (i) menjaga kehormatan dalam cara berpakaian, (ii) tidak memperlihatkan perhiasan kepada selain muhrimnya, anak-anak yang belum dewasa, dan laki-laki kasim; kecuali yang biasa terlihat, (iii) menutupi dadanya (dengan menggunakan khumur (penutup).
Kata ‘kehormatan” itu sebenarnya tafsiran dari kata asli yang tertulis, yaitu sawâatihima, yang ertinya organ genital. Bila melihat kata aslinya, jelas bahgian mana yang disebut dengan organ seksual, rambut tidak termasuk kedalamnya. Sementara kata kehormatan memang lebih luas maknanya, mencakup aspek perilaku dan keperibadian.
Pengertian perhiasan memang luas dan Al Qur’an tidak secara spesifik menunjuk kepada satu hal mengenai apa yang dimaksud dengan perhiasan. Boleh bermaksud perhiasan dalam erti gelang, cincin, kalung, anting, dan sebagainya. Boleh juga dandanan / hiasan perempuan (termasuk aksesori tadi). Boleh juga termasuk bahagian tubuh tertentu (dalam hal ini ada yang menafsirkan termasuk juga rambut). Namun bila yang dimaksud adalah bahagian tubuh tertentu, ayat ini secara spesifik sudah menetapkan kemaluan dan bahagian dada. Apabila rambut atau bahagian tubuh lainnya juga harus ditutup, mengapa tidak disebutkan secara spesifik? Sementara, kemaluan dan dada disebutkan secara tegas. penyataan âkecuali yang biasa terlihatâ seakan menegaskan bahwa selain organ genital dan sekitar dada, maka pengertian bagian tubuh dan perhiasan dapat diserahkan kepada kebiasaan lokal.
Penyataan “hendaknya meraka menutupkan kain tudungnya ke dadanya” jelas sekali adalah perintah menutupi dada; bukan menutupi rambut, ataupun menggunakan tudung. Mengapa harus menggunakan tudung untuk menutupi dada? Menurut Muhammad Said al-Asymawi (seorang juris, pakar perbandingan hukum Islam dan hukum konvensional, mantan Kepala Pengadilan Tiinggi Kairo, Mesir), pada zaman Nabi dahulu, perempuan Arab sudah memakai tudung namun pemakaiannya menjuntai ke belakang, sementara dadanya dibiarkan terbuka (Muhammad Said al-Asymawi, Kritik Atas Jilbab, 2003). Jadi, daripada tudung itu menjuntai ke belakang, lebih baik julurkan ke depan untuk menutupi dada.
Kritik hadis
HR Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma putri Abu Bakar suatu hari berkunjung ke rumah Nabi, lantas Nabi bersabda menegurnya: “Wahai Asma! Bila seorang gadis telah haid, tidak boleh (lam yasluh) terlihat bagian organ tubuhnya kecuali bagian ini (Nabi menunjuk muka dan kedua telapak tangannya).”
Hadis lainnya, Aisyah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah bersabda: “Tidak halal (la yahill) bagi seorang perempuan yang telah baligh, sementara dia beriman kepada Allah dan hari akhir, terlihat bagian organ tubuhnya, kecuali muka dan kedua tangannya, sampai batas ini (Nabi menggenggam setengah lengannya).”
Menurut Asymawi, kedua hadis itu tidak dapat dijadikan dasar hukum yang mengikat publik untuk menutup rambut / kepala karena:
1. Kedua hadis itu bersifat ahad (diriwayatkan 1 perawi sahaja. Tidak diriwayatkan perawi lain ), bukan mutawatir.
2. Kedua hadis itu walaupun berasal dari satu sumber (Aisyah), tetapi isinya kontradiksi: yang satu menggunakan kata tidak halal (la yahill), yang lain menggunakan kata tidak boleh (lam yasluh). Makna “halal-haram” sangat berbeza dengan “boleh-tidak boleh”. Kemudian, yang satu membatasi sampai kedua pergelangan tangan, yang lain sampai setengah lengan.
3. Hadis itu hanya diriwayatkan oleh Abu Daud, tidak oleh periwayat lainnya seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Hanbal, Sunanun Nasa’i, atau Suna Ibnu Majah
4. Hadis ini mursal kerana ada satu mata rantai perawi yang putus. Khalid bin Darik yang meriwayatkan dari Aisyah ternyata tidak pernah bertemu dengan Aisyah karena hidup tidak sezaman dengan Aisyah.
Sementara ada hadis lain yang mengisyaratkan bahwa rambut / kepala perempuan tidak ditutup kecuali ketika sedang shalat. HR Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hanbal: “Tidak diterima salat seorang perempuan yang telah haid (baligh) kecuali bila dilakukan dengan menggunakan kerudung”. Hadis ini secara implisit mengakui bahwa sehari-hari kepala perempuan tidak ditutupi kerudung, kecuali jika sedang solat. (Kritik Atas Jilbab, 2003).
Tanpa menafikkan bahwa ada kemungkinan memang Nabi telah bersabda seperti tersebut di atas, fakta bahwa Nabi tidak mengumumkan secara luas mengenai aturan berpakaian menunjukkan bahwa Nabi memang tidak ingin mengatur. Bila Nabi berketetapan untuk menerapkan aturan berpakaian seperti dalam hadis di atas sebagai “aturan publik” yang mengikat, mengapa beliau tidak mengumumkannya, seperti ketika beliau mencontohkan solat?
Pendapat
Berbeza dengan pandangan pada umumnya, saya peribadi berpendapat bahwa rambut perempuan tidak harus ditutup. Lebih jauh lagi, pakaian bukanlah suatu syariah atau kewajiban agama; itu lebih kepada etika, kepantasan, dan cita rasa yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pedoman umum agama dalam hal berpakaian adalah untuk menjaga kesopanan dan kehormatan.
Pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan identiti, misalnya perempuan Muslim dapat menggunakan tudung untuk menunjukkan kemuslimannya. Namun ini tidak bererti tudung dapat digunakan sebagai “indikator” (pengukur) keimanan atau kesolehan seseorang. Seseorang yang sudah memakai tudung misalnya, dia semestinya dapat saja secara bebas melepaskan dan menggunakannya kembali, tanpa harus takut dinilai “kurang beriman” atau level keimanannya “turun”.
Tudung, sebagaimana pakaian umumnya, adalah pilihan bebas setiap orang, sepanjang dengan berpakaian itu kesopanan dan kehormatannya terjaga. Kerana itu, tidak seorang pun atau pihak manapun yang dapat memaksakan apakah seseorang itu harus memakai atau tidak boleh memakai tudung.