Dec 21 2008 Sunday, 2:00 pm
Expensive haircut…!
ms chocho with her expensive hair! member aku nih at least once a year buat rambut mmg dasat2 lah. dia memula buat relaxing half of rambut atas dia, pastuh the next few days dia buat lak iron stratening bawah and potong abih bawah tuh. ngan beli shampoo total sume RM850!
telan air liur aku dengo……
aku pun nak buat rambutlah, tp dah kusam x tau nak buat apa, bosan yilek mosan
aku saje letak light entry nih pasal arini ari ahad mar…
vagg
Dec 21, 2008 @ 14:16:04
tetibe tingat rambut BANGKOKmu, kak
gegirl tuh dh sihat lom dah leh bawak jalan2kah?
vagg´s last blog post..UPDATES SEMENET!
Diana-k
Dec 21, 2008 @ 23:42:19
@vagg, hahahaa….rambut kat bangkok tuh yang mahallll tuh…
laarikkk!
Diana-k´s last blog post..PotLuck Party with REDMUMMY.COM
Munirah Abd
Dec 21, 2008 @ 14:26:43
gulp…telan air liur gak bila baca ni..
hikssss 8)
Munirah Abd´s last blog post..award pulak
applepurple
Dec 21, 2008 @ 15:00:35
uhuk~ kelip2 mate nih kak red.. memikirkan benda2 yg boleh dibeli dgn rm850..huhu..
kak..ari nih ari ahad kak..mukan ari sabtu..
fatty
Dec 21, 2008 @ 15:14:58
Relaxing tu ape eh?
=)~
fatty´s last blog post..thanking and giving and forgiving
sun
Dec 21, 2008 @ 16:31:45
lawoonyeeew…camne die jage rambut eh…bkn keje kat sane byk pikir ke…sy yg study lg ni pon rambut separuh botak~ =(
ps:lame x komen..bz ngan esemen yg terlampau2 byk~
Mrs Taj
Dec 21, 2008 @ 17:04:43
no wonder la ms chocho pny rambut canteq semacam je..berbaloi la dgn harge tuh!!!
akak buat relaxer jgk la..no curly murly anymore tau…x canteq!!!!! honestly…
Mrs Taj´s last blog post..Potluck with Redmummy
Yatie
Dec 21, 2008 @ 21:22:41
biasalah tu…. dulu dulu kalu pi saloon tuh.. paling kurang 500 +++ tu termasuk treatment,and product ler…. dulu ler..skunk dah tak dah
ayu
Dec 21, 2008 @ 21:31:48
RM850!!!!
hu mak aaiii…
ayu´s last blog post..Potluck with RedMummy.Com!
Diana-k
Dec 21, 2008 @ 23:39:38
aaaaaaaaaa…..rm850 leh beli apeee ehhh?? kasut sepasang and jeans satu….. gulpp gaks… :bloody:
Diana-k´s last blog post..PotLuck Party with REDMUMMY.COM
aan
Dec 22, 2008 @ 12:52:05
850??? mak aihhh… bulih beli ape ek? bulih shopping seploh round. ahhaha
aan´s last blog post..sticky mode
comelnyer rambut
Dec 22, 2008 @ 13:24:20
kak red cantiknyer rambut…herm aper beza relaxing dengan rebonding…nak tahu leyh
Nasri
Dec 23, 2008 @ 10:40:05
Rambut Perempuan Tidak semestinya aurat
Menurut pandangan Islam konvensional pada umumnya, rambut perempuan merupakan anggota tubuh yang tidak boleh diperlihatkan di depan umum. Perdebatan pada umumnya mengacu ke surat An Nuur (24) ayat 31 dan Hadis Nabi. Dua teks itu membawa kesimpulan yang umumnya dianut iaitu perempuan dewasa wajib bertudung (khimar) menutupi rambutnya di depan umum.
Pertanyaannya adalah, bagaimana bila kedua teks itu tidak dimaksudkan demikian? Tegasnya, bagaimana bila rambut perempuan itu boleh diperlihatkan di depan umum?
Surat An-Nuur 31
Ayat 24:31 ini menyebutkan bahwa perempuan haruslah (i) menjaga kehormatan dalam cara berpakaian, (ii) tidak memperlihatkan perhiasan kepada selain muhrimnya, anak-anak yang belum dewasa, dan laki-laki kasim; kecuali yang biasa terlihat, (iii) menutupi dadanya (dengan menggunakan khumur (penutup).
Kata ‘kehormatan” itu sebenarnya tafsiran dari kata asli yang tertulis, yaitu saw’atihima, yang ertinya organ genital. Bila melihat kata aslinya, jelas bahgian mana yang disebut dengan organ seksual, rambut tidak termasuk kedalamnya. Sementara kata kehormatan memang lebih luas maknanya, mencakup aspek perilaku dan keperibadian.
Pengertian perhiasan memang luas dan Al Qur’an tidak secara spesifik menunjuk kepada satu hal mengenai apa yang dimaksud dengan perhiasan. Boleh bermaksud perhiasan dalam erti gelang, cincin, kalung, anting, dan sebagainya. Boleh juga dandanan / hiasan perempuan (termasuk aksesori tadi). Boleh juga termasuk bahagian tubuh tertentu (dalam hal ini ada yang menafsirkan termasuk juga rambut). Namun bila yang dimaksud adalah bahagian tubuh tertentu, ayat ini secara spesifik sudah menetapkan kemaluan dan bahagian dada. Apabila rambut atau bahagian tubuh lainnya juga harus ditutup, mengapa tidak disebutkan secara spesifik? Sementara, kemaluan dan dada disebutkan secara tegas. penyataan “kecuali yang biasa terlihat” seakan menegaskan bahwa selain organ genital dan sekitar dada, maka pengertian bagian tubuh dan perhiasan dapat diserahkan kepada kebiasaan lokal.
Penyataan “hendaknya meraka menutupkan kain tudungnya ke dadanya” jelas sekali adalah perintah menutupi dada; bukan menutupi rambut, ataupun menggunakan tudung. Mengapa harus menggunakan tudung untuk menutupi dada? Menurut Muhammad Said al-Asymawi (seorang juris, pakar perbandingan hukum Islam dan hukum konvensional, mantan Kepala Pengadilan Tiinggi Kairo, Mesir), pada zaman Nabi dahulu, perempuan Arab sudah memakai tudung namun pemakaiannya menjuntai ke belakang, sementara dadanya dibiarkan terbuka (Muhammad Said al-Asymawi, Kritik Atas Jilbab, 2003). Jadi, daripada tudung itu menjuntai ke belakang, lebih baik julurkan ke depan untuk menutupi dada.
Kritik hadis
HR Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma putri Abu Bakar suatu hari berkunjung ke rumah Nabi, lantas Nabi bersabda menegurnya: “Wahai Asma! Bila seorang gadis telah haid, tidak boleh (lam yasluh) terlihat bagian organ tubuhnya kecuali bagian ini (Nabi menunjuk muka dan kedua telapak tangannya).”
Hadis lainnya, Aisyah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah bersabda: “Tidak halal (la yahill) bagi seorang perempuan yang telah baligh, sementara dia beriman kepada Allah dan hari akhir, terlihat bagian organ tubuhnya, kecuali muka dan kedua tangannya, sampai batas ini (Nabi menggenggam setengah lengannya).”
Menurut Asymawi, kedua hadis itu tidak dapat dijadikan dasar hukum yang mengikat publik untuk menutup rambut / kepala karena:
1. Kedua hadis itu bersifat ahad (diriwayatkan 1 perawi sahaja. Tidak diriwayatkan perawi lain ), bukan mutawatir.
2. Kedua hadis itu walaupun berasal dari satu sumber (Aisyah), tetapi isinya kontradiksi: yang satu menggunakan kata tidak halal (la yahill), yang lain menggunakan kata tidak boleh (lam yasluh). Makna “halal-haram” sangat berbeza dengan “boleh-tidak boleh”. Kemudian, yang satu membatasi sampai kedua pergelangan tangan, yang lain sampai setengah lengan.
3. Hadis itu hanya diriwayatkan oleh Abu Daud, tidak oleh periwayat lainnya seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Hanbal, Sunanun Nasa’i, atau Suna Ibnu Majah
4. Hadis ini mursal kerana ada satu mata rantai perawi yang putus. Khalid bin Darik yang meriwayatkan dari Aisyah ternyata tidak pernah bertemu dengan Aisyah karena hidup tidak sezaman dengan Aisyah.
Sementara ada hadis lain yang mengisyaratkan bahwa rambut / kepala perempuan tidak ditutup kecuali ketika sedang shalat. HR Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hanbal: “Tidak diterima salat seorang perempuan yang telah haid (baligh) kecuali bila dilakukan dengan menggunakan kerudung”. Hadis ini secara implisit mengakui bahwa sehari-hari kepala perempuan tidak ditutupi kerudung, kecuali jika sedang solat. (Kritik Atas Jilbab, 2003).
Tanpa menafikkan bahwa ada kemungkinan memang Nabi telah bersabda seperti tersebut di atas, fakta bahwa Nabi tidak mengumumkan secara luas mengenai aturan berpakaian menunjukkan bahwa Nabi memang tidak ingin mengatur. Bila Nabi berketetapan untuk menerapkan aturan berpakaian seperti dalam hadis di atas sebagai “aturan publik” yang mengikat, mengapa beliau tidak mengumumkannya, seperti ketika beliau mencontohkan solat?
Pendapat
Berbeza dengan pandangan pada umumnya, saya peribadi berpendapat bahwa rambut perempuan tidak harus ditutup. Lebih jauh lagi, pakaian bukanlah suatu syariah atau kewajiban agama; itu lebih kepada etika, kepantasan, dan cita rasa yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pedoman umum agama dalam hal berpakaian adalah untuk menjaga kesopanan dan kehormatan.
Pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan identiti, misalnya perempuan Muslim dapat menggunakan tudung untuk menunjukkan kemuslimannya. Namun ini tidak bererti tudung dapat digunakan sebagai “indikator” (pengukur) keimanan atau kesolehan seseorang. Seseorang yang sudah memakai tudung misalnya, dia semestinya dapat saja secara bebas melepaskan dan menggunakannya kembali, tanpa harus takut dinilai “kurang beriman” atau level keimanannya “turun”.
Tudung, sebagaimana pakaian umumnya, adalah pilihan bebas setiap orang, sepanjang dengan berpakaian itu kesopanan dan kehormatannya terjaga. Kerana itu, tidak seorang pun atau pihak manapun yang dapat memaksakan apakah seseorang itu harus memakai atau tidak boleh memakai tudung.
Nasri´s last blog post..DILEMA PEMIKIRAN MELAYU TERHADAP HUKUM